Alasan Kenapa Kita Masih Menonton Film Tidak Bermutu

Manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan, hiburan sebagai pengalihan atas kekejaman hidup yang sudah kita jalani akan membuat hati kita merasa lebih baik meski kejamnya hidup ini akan menanti kita sesudah hiburan tersebut.
Ada banyak jenis hiburan, dan setiap jenis hiburan tersebut pun memiliki jenisnya masing masing. Di jaman ini hiburan bukan lagi sekedar sarana untuk melepaskan beban hidup melainkan dapat menjadi sumber beban hidup itu sendiri.
Kita pasti sudah tidak asing dengan netizen yang berkoar koar tentang tayangan tayangan yang disebut tidak pantas atau merusak moral, dan setelah saya tonton kebanyakan dari film film tersebut memang hanya dibuat untuk mendapatkan keuntungan setinggi tingginya tanpa memperdulikan dampak negatif dari penayangan film tersebut. Selama ratingnya masih tinggi film akan terus berlanjut meski sampai ribuan episode sekalipun.
Mungkin di dalam hati (atau diluar hati?) kita bertanya tanya, ‘jika memang film film tersebut tidak bermutu, kenapa bisa mendapatkan rating yang tinggi?’. Ini adalah pertanyaan yang jawabannya berada di dasar hati kita masing masing karna secara sadar atau tidak kita sudah berkontribusi terhadap rating tinggi yang mereka dapatkan (saya yakin agan semua pasti pernah menonton setidaknya satu film-film tersebut).
Berikut saya sudah memikirkan alasan alasan kenapa kita masih menonton film film seperti itu
TIDAK ADA TAYANGAN LAIN

Bukan bermaksud sombong tetapi TV di rumah saya bukanlah TV kabel sehingga hanya dapat menangkap chanel chanel seperti RCTI, INDOSIAR, ANTV, MNC dan sejenisnya. Mirisnya hampir semua chanel chanel tersebut sudah merambah ke bidang persinetronan maupun realiti show yang menurut saya ‘nggak banget’.
Film film tersebut sendiri awalnya bermula dari satu akar kemudian bertumbuh seperti pohon yang menyebarkan cabangnya dimana mana. Sayangnya jika buah berasal dari akar yang sama maka rasanya sudah pasti sama. Kita lihat saja dengan acara realiti show yang dipopulerkan oleh sebuah stasiun televisi dan akhirnya ditiru stasiun televisi lain dengan gaya yang persis sama.
Tragisnya sebuah acara yang memiliki kata ‘reality’ di dalamnya justru terlihat jelas sebagai setingan demi mendapatkan adegan yang diharapkan bisa menarik penonton (dalam realitas tidak mungkin ada hal yang seperti itu). Dengan kesuksesan dari acara sebelumnya acara acara lain akan mulai meniru unsur unsur tersebut dan terjadilah fenomena dimana semua acara TV terasa sama.
Kita pasti pernah merasakan kesepian sehingga membuat kita menyalakan TV agar suasana di rumah tidak terlalu sepi meskipun kita sendiri tidak peduli pada apa yang disiarkan. Seperti yang saya tulis diatas dikarenakan acara TV yang terasa sama membuat kita merasa ‘masa bodoh’ dengan apa yang kita tonton dan akhirnya berhenti ‘menyaring’ tontonan kita.
CUCI MATA

Sebagai manusia yang memiliki hasrat wajar saja rasanya jika kita suka melihat lawan jenis yang ganteng/cantik terlebih jika jumlahnya banyak, bagaimanapun itu adalah hasrat dasar manusia. Dengan memanfaatkan hal ini dunia persinetronan indonesia akan menyeleksi sebanyak mungkin artis artis berparas rupawan untuk bermain dalam film mereka sebagai nilai jual untuk meningkatkan pendapatan.
Dalam dunia perfilman hal ini biasa disebut sebagai ‘fanservice’ yang menurut saya sah-sah saja jika ada di dalam film. Dikarenakan fenomena ini dunia perfilman sedikit banyak merubah syarat artis mereka dari ‘kemampuan’ menjadi ‘tampang’. Selama artis tersebut punya tampang yang menghibur mata maka kemampuan adalah no.2. hal ini akan semakin menjatuhkan dunia perfilman indonesia.
(saya tidak bilang bahwa artis dengan tampang bagus aktingnya jelek, justru banyak juga artis yang memiliki keduanya namun saya pesankan kepada penonton untuk lebih fokus pada penghayatan karakter dibanding penampilan karna penampilan tersebut hanya akan menipu(pengalaman pribadi))
UNTUK MENERTAWAKAN





Berkaitan dengan poin no 1 diatas, acara acara yang seharusnya memberi tamparan batin kepada kita justru berubah menjadi acara komedi karna setingannya yang terlihat jelas. Secara tidak sadar kita justru mencari ketidakrealistisan dalam film tersebut untuk ditertawakan karna kenyataan dalam hidup yang bebeda jauh dengan yang ada di film.
Mari kita ambil contoh sinetron yang memiliki kata ‘azab’ di judulnya. Film yang seharusnya memberikan pesan pesan positive menjadi hancur dikarenakan eksekusi yang sangat tidak realistis dan membuat penontonnya malah berpikir ‘tidak mungkin yang seperti itu ada’. Azab yang diberikan pada antagonis justru menjadi santapan komedi bagi penonton yang menertawakan kebodohan dari pihak creator film.
Akibatnya kita akan menotonnya lagi dan lagi untuk menertawakan hal yang sama karna tertawa itu memang sangat menyenangkan. (pihak pembuat film sendiri mungkin memang merencanakan hal ini demi meraup keuntungan. Peduli setan pesan moral, yang penting duit jalan terus).
MENCARI BAHAN MEME

Apa ada ‘wancaker/wancakerwati’ disini? Kekurangan ide selalu menjadi permasalahan bagi para meme creator (saya sendiri sering merasa ide saya mentok saat menulis) sehingga mereka akan mencari hal hal yang akan membuat mereka tertawa (poin 3) dan dunia perfilman adalah media yang tepat.
Sering sekali kita meilhat banyak scene scene dari film terkenal yang dijadikan meme dan acara ‘tidak bermutu’ ini juga tidak lepas dari tangan para meme creator. Segala scene dari film tersebut yang dapat membuat tertawa akan dituangkan dalam bentuk meme. Jika meme tersebut populer maka meme creator lain akan menirunya sehingga mereka akan berbondong-bondong menonton film-film tersebut demi bahan meme dan semakin laris manis lah film tersebut.
TAYANGAN YANG BERMUTU KENYATAANNYA MEMANG TIDAK MENARIK

Bukan semuanya, tetapi sebagian tayangan yang bisa saya anggap bermutu memang tidak menarik bagi masyarakat awam. Katakanlah debat politik, acara seperti itu hanya akan menarik bagi golongan tertentu sedangkan acara yang ‘tidak bermutu’ memiliki level yang rendah sehingga dapat dimengerti oleh siapa saja.
Bahkan acara ‘HITAM PUTIH’ yang rajin saya tonton hanya akan menimbulkan luka dihati bagi kita yang ‘tidak berprestasi’ sehingga banyak yang menghindari tontonan seperti itu (pernah dibanding bandingkan dengan sosok di TV oleh orang tua?).
SEBAGAI BAHAN UJIAN

Hal ini tak pernah gagal membuat saya terheran, bagaimana bisa soal ujian akhir sekolah mengandung pertanyaan tentang sebuah film. Bagaimana nasib murid yang tidak menonton film tersebut? Mau tidak mau mereka harus menonton film tersebut demi keselamatan nilai mereka.
Serius, apakah ini konspirasi antara pihak sekolah dengan dunia perfilman untuk mendongkrak rating lebih jauh?
***
Saya bukanlah orang yang suka menonton televisi (karna saya nonton dari laptop) namun pertelevisian indonesia memang membuat miris dimana acara acara bermutu dianak tirikan atau dibuang(ingat saat OVJ berubah jadi keep smile?). godaan dari keuntungan tinggi membuat stasiun televisi lebih mementingkan pendapatan dibandingkan kualitas.
Saya hanya berharap agar penonton lebih cerdas dalam memilih tontonannya agar acara acara seperti itu kehilangan sumber pendapatannya dan berhenti diproduksi (ini terdengar seperti saya mendoakan kebangkrutan bagi suatu pihak).
Jika memang tak bisa berhenti diproduksi maka lawanlah. Laporkan ke KPI, share thread ini ke medsos anda atau buatlah film berkualitas yang mampu mengalahkan film film tersebut.
Terakhir mari kita menjadi manusia yang cerdas yang mampu memilah hal hal yang baik bagi kita. Sekian dari saya mari berjumpa lagi di postingan saya yang lainnya

Hal ini tak pernah gagal membuat saya terheran, bagaimana bisa soal ujian akhir sekolah mengandung pertanyaan tentang sebuah film. Bagaimana nasib murid yang tidak menonton film tersebut? Mau tidak mau mereka harus menonton film tersebut demi keselamatan nilai mereka.
Serius, apakah ini konspirasi antara pihak sekolah dengan dunia perfilman untuk mendongkrak rating lebih jauh?
***
Saya bukanlah orang yang suka menonton televisi (karna saya nonton dari laptop) namun pertelevisian indonesia memang membuat miris dimana acara acara bermutu dianak tirikan atau dibuang(ingat saat OVJ berubah jadi keep smile?). godaan dari keuntungan tinggi membuat stasiun televisi lebih mementingkan pendapatan dibandingkan kualitas.
Saya hanya berharap agar penonton lebih cerdas dalam memilih tontonannya agar acara acara seperti itu kehilangan sumber pendapatannya dan berhenti diproduksi (ini terdengar seperti saya mendoakan kebangkrutan bagi suatu pihak).
Jika memang tak bisa berhenti diproduksi maka lawanlah. Laporkan ke KPI, share thread ini ke medsos anda atau buatlah film berkualitas yang mampu mengalahkan film film tersebut.
Terakhir mari kita menjadi manusia yang cerdas yang mampu memilah hal hal yang baik bagi kita. Sekian dari saya mari berjumpa lagi di postingan saya yang lainnya
Komentar
Posting Komentar