Review Anime Movie Kimetsu no Yaiba: Mugen Train

 


Sukses dinobatkan sebagai film anime berpenghasilan tertinggi sepanjang masa membuat anime movie ini menjadi top priority dalam daftar anime yang wajib saya tonton. Berita berita yang cukup mengagumkan serta banyaknya postingan dari penggemar toxic Kimetsu No Yaiba atau Demon Slayer membuat saya memiliki hype yang cukup tinggi dikala menonton film berformat movie ini.

Meski demikian disini saya ingin menulis review secara jujur yang mana review ini mungkin akan memancing kemarahan banyak orang yang dengan bangga mengupload postingan bertagar #KnYAnimeTerbaik!

Okay, mari mulai dari sinopsis ringkas terlebih dahulu. Menyambung dari perjalanan season 1 nya Tanjiro, Inosuke, Zenitsu dan Nezuko harus menaiki kereta api untuk menemui Rengoku sang Pilar Api demi mencari tahu kebenaran mengenai nafas bara api alias Hinokami Kagura. Perjalanan mereka di dalam kereta tidaklah mudah karena di dalam kereta tersebut sang Demon-Lower-One sudah menunggu untuk menyantap mereka semua.



Dari segi cerita tidak bisa dibilang bagus, malah cenderung garing namun cukup menyentuh di bagian akhir. Karna merupakan adaptasi manga shonen maka ceritanya cukup mudah ditebak dan benar-benar tipikal shonen yang amat menonjolkan kerja keras, kebaikan dan persahabatan. Kebaikan akan memerangi kejahatan dan kejahatan pasti akan kalah. Tipe-tipe seperti itu.

Meski demikian kita sekali lagi dibawa pada drama yang menghangatkan hati. Selingan-selingan drama inilah yang memperdalam pemahaman kita akan karakter utama dan membuat kita larut dalam perjuangan Tanjiro diatas kereta.

Dari segi karakter… kurang bagus sih menurut saya. Karakter semacam Rengoku yang menjunjung tinggi keadilan dan bertarung mati-matian tanpa rasa takut sudah sangat-sangat sering di temui dalam komik remaja dan meskipun bisa dikembangkan menjadi karakter yang menarik movie ini tidak menunjukkan hal tersebut.

Villainnya bahkan lebih parah. Setelah muncul sekilas di episode terakhir season 1 Enmu sang Demon Lower Moon One tak bisa menjadi karakter yang memorable. Meski memiliki ability yang cukup menarik (dan klise) dia tak bisa membuat saya merasa berempati, simpati maupun benci karna sifatnya yang bertele-tele dan tidak tahu diri. Rasanya dia hadir disana hanya untuk dihajar dan selesai. Gitu doang.

Kemunculan Akaza si Demon Upper Moon Three lumayan mengurangi kekecewaan atas Enmu. Beberapa dialog yang dia ucapkan cukup untuk membuat kita memahami karakternya dan tidak seperti Enmu, Akaza lebih suka langsung adu jotos dibanding bertele-tele. Dia karakter yang sempurna untuk anime action.



Dan kemudian, visualnya. Jujur saya nggak bisa menemukan kekurangan apapun dalam visual movie ini. Studio Ufotable tidak main-main dalam membuat setiap frame dengan memperhatikan detail gerak sekaligus warna. Efek-efek jurus para slayer dan iblis benar-benar memanjakan mata seperti detail kobaran api Rengoku yang mirip magma atau kilat petir Zenitsu yang tajam nan menusuk.

Bukan hanya efek jurusnya saja, latar belakang juga digambar dengan indah dan halus yang bisa kita lihat pada detil pepohonan, jalannya kereta serta interior kereta disaat Enmu menyerang. Di setiap bagian action eksekusinya bahkan lebih baik lagi. Kilau setiap jurus yang kontras dengan langit gelap menjelang fajar berpadu dengan fast&slow motion epik membuat saya tak ingin menutup mata dan melewatkan meski satu frame saja. Jelas ini adalah aspek unggulan yang membuat movie ini berhasil naik ke puncak.

Dan bagaimana dengan musiknya? Tak ada yang perlu dikritik. Dari awal hingga akhir kita terus ditemani dengan BGM yang pas dengan situasi entah itu battle, drama atau sekedar adegan santai dan seluruh musik latar itu pun ditutup dengan lagu Homura yang dibawakan oleh Lisa. Tentunya jika dalam urusan menyanyi tak ada yang bisa meragukan Lisa.

***

Secara keseluruhan movie ini merupakan bukti nyata dari quote yang pernah diucapkan oleh Miyazaki Hayao sang pendiri studio Ghibli yang berbunyi: 'Yang terpenting bukanlah ceritanya melainkan eksekusinya.' Harus diakui kalau cerita dalam movie ini sungguh biasa namun dieksekusi secara luar biasa dan tidak setengah-setengah.

Ini merupakan kasus yang sama dengan Kimetsu no Yaiba episode 19 yang menggabungkan berbagai elemen visual, ketegangan dan juga musik penuh emosi yang menjadikan satu scene tersebut sukses mengantar Kimetsu no Yaiba merajai penjualan industri entertaiment 2020.



Ini adalah anime yang bagus, sangat-sangat bagus. Meski demikian, dengan segala hormat, movie ini tidak bisa saya sandingkan dengan anime anime terbaik seperti Kimi no Nawa atau Spirited Away. Meski banyak orang di laman facebook saya yang menobatkan anime ini sebagai anime terbaik karna penjualannya namun penjualan bukanlah segalanya. Jika kualitas suatu tontonan dihitung dari berapa jumlah pemasukannya maka tolong ingat bahwa sinetron-sinetron Indonesia memiliki rating yang amat tinggi.

Meski demikian, ini tetap anime yang luar biasa. 3 jempol buat Ufotable. Mereka sudah membuat karya yang luar biasa.

 

Bonus (spoiler warning!)

Hal yang saya suka dari anime ini:

1.       Scene battle Rengoku vs Akaza yang tidak dipotong. Dalam manganya scene itu tidak ditampilkan secara utuh jadi saya berterima kasih pada ufotable yang menampilkan scene tersebut secara utuh. Mereka benar-benar tahu dimana harus menaruh uang.

2.       Adegan Tanjiro meneriaki Akaza. Penjiwaan pengisi suara disini sangat dalam dan mengharukan. Meski air mata Tanjiro besarnya tidak masuk akal namun scene tersebut menjadi scene yang paling menyentuh hati.

3.       Tidak berakhir happy ending. Jujur ending yang bahagia semacam itu tidak akan membuat akhir film terasa berkesan. Kematian Rengoku menjadi penutup dalam kehidupannya namun pembuka dalam banyak hal baru. Meski tidak dieksplore secara mendalam namun Rengoku mendapat klimaks yang memuaskan.

Hal yang tidak saya suka:

1.       Kumpulan daging yang merupakan bagian dari kemampuan Enmu. Animasi yang Ufotable gunakan pada daging-daging tersebut menurut saya kurang pas dengan animasi di bagian lain. Teksturnya yang terlalu kenyal mirip jelly itu adalah satu-satunya bagian animasi yang tidak saya sukai.

2.       Motif Akaza yang mendatangi para slayer tidak dijelaskan. Menurut saya yang sudah membaca manganya adegan itu akan menjadi penutup yang lebih baik karna melengkapi karakter Akaza sekaligus penyambung untuk season 2 nya nanti. Tentunya dendam bolak balik antara Tanjiro dan Akaza akan lebih memanaskan suasana kan?

3.Kematian Enmu yang konyol. Sebelum mati bukannya flashback malah ngejabarin kehebatan lawan-lawannya. Terlalu meh bahkan untuk ukuran anime


Komentar